Pagi itu matahari berusaha menggapai wajahku. Ketika aku bangun aku sudah berada di sebuah rumah. Saat aku bangun aku melihat Maya yang mengenakan baju putih, ia sedang duduk di teras rumahku. Ia seakan sedang memikirkan sesuatu yang amat menguras pikirannya.
Kemudian aku beranjak dari tempat tidur. Aku mencuci mukaku di kamar mandi. Setelah itu aku pergi ke dapur dan membuatkan teh untuk ku juga untuk kekasihku yang aku dapatkan secara tiba-tiba. Wanita itu masih terduduk diam tanpa berkata-kata. Setelah selesai d di dapur aku langsung menuju teras menemui Maya. Angin pagi sangat menusuk tulang membuatku sedikit mengigil. Tapi Maya sama sekali tak bergeming ketika ia diterpa oleh angin yang berusaha untuk menyapanya. Ia memalingkan wajahnya dan langsung memelukku. Ia tak berkata-kata, ia hanya memelukku dengan sangat erat. Ia menangis. aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Karena ia hanya bisa diam dan tak bersuara sedikitpun setelah terakhir kami bertemu kemarin.
“Kamu kenapa Maya? Ada hal yang membuatmu sakit?”
“...”
“...”
“Apa kamu nggak ingat dengan apa yang telah kau lakukan pada dirimu sendiri?”
“Apa?”
“Kau lupa, kamu sudah membuatku menghilang dari hidupku sendiri, karena kamu berusaha untuk membunuh dirimu sendiri.”
“Aku sayang kamu, aku nggak akan lagi melakukan hal yang akan membuatmu trauma”
Ia kemudian bangun, dan mengambil sesuatu yang ada di dalam sakunya. Maya mengeluarkan sebuah kalung yang bertuliskan bahasa Yunani itu dan mengalungkannya di leherku. Aku merasa ada suatu sengatan listrik yang bertegangan kecil kemudian aku merasa Maya begitu dekat denganku. Maya kemudian tersenyum. Aku tidak mengerti apa sebenarnya maksud dari senyuman Maya.
Kemudian aku beranjak dari tempat tidur. Aku mencuci mukaku di kamar mandi. Setelah itu aku pergi ke dapur dan membuatkan teh untuk ku juga untuk kekasihku yang aku dapatkan secara tiba-tiba. Wanita itu masih terduduk diam tanpa berkata-kata. Setelah selesai d di dapur aku langsung menuju teras menemui Maya. Angin pagi sangat menusuk tulang membuatku sedikit mengigil. Tapi Maya sama sekali tak bergeming ketika ia diterpa oleh angin yang berusaha untuk menyapanya. Ia memalingkan wajahnya dan langsung memelukku. Ia tak berkata-kata, ia hanya memelukku dengan sangat erat. Ia menangis. aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Karena ia hanya bisa diam dan tak bersuara sedikitpun setelah terakhir kami bertemu kemarin.
“Kamu kenapa Maya? Ada hal yang membuatmu sakit?”
“...”
“...”
“Apa kamu nggak ingat dengan apa yang telah kau lakukan pada dirimu sendiri?”
“Apa?”
“Kau lupa, kamu sudah membuatku menghilang dari hidupku sendiri, karena kamu berusaha untuk membunuh dirimu sendiri.”
“Aku sayang kamu, aku nggak akan lagi melakukan hal yang akan membuatmu trauma”
Ia kemudian bangun, dan mengambil sesuatu yang ada di dalam sakunya. Maya mengeluarkan sebuah kalung yang bertuliskan bahasa Yunani itu dan mengalungkannya di leherku. Aku merasa ada suatu sengatan listrik yang bertegangan kecil kemudian aku merasa Maya begitu dekat denganku. Maya kemudian tersenyum. Aku tidak mengerti apa sebenarnya maksud dari senyuman Maya.
